BAB 1 - PENDAHULUAN
Hari, tanggal: Rabu, 06 September 2023
Resume oleh: Elida Safitri
Tujuan dari resume ini guna untuk memahami batasan pengertian kebenaran antara kebenaran mutlak dan kebenaran sementara, selain itu resume ini dibuat untuk memahami tentang keterbatasan ilmu pengetahuan, memahami tentang proses berpikir ilmiah, dan memahami proses berkeimanan
Secara khusus, disini saya akan memaparkan tentang bahasan materi tersebut yaitu tentang :
"BAB 1- PENDAHULUAN"
1. Pengertian dan ruang
lingkup pengertian kebenaran dan proses mendapatkannya
2. Keterbatasan ilmu pengetahuan
3. Proses berpikir ilmiah
4. Proses berkeimanan
1.1 Kebenaran Mutlak dan Kebenaran Sementara
Kebenaran mutlak adalah kebenaran yang sifatnya sudah tidak dapat di ganggu gugat atau kebenaran yang sejati dan hanya ada satu saja yang menjadi suatu acuan, mempunyai sifat universal yang berlaku bagi semua orang tanpa terkecuali, bersifat kekal dalam lintas waktu dan ruang, tidak berubah-ubah, dan tidak ada kesalahahan sedikitpun didalamnya. Hal ini yang dapat diartikan bahwa sifat dari kebenaran mutlak itu sendiri adalah bermoral tinggi dan suci. Contoh dari kebenaran mutlak itu sendiri adalah Al-Qur'an dan hadist" yang tidak dapat diragukan lagi nilai kebenarannya.
Kebenaran relatif atau kebenaran yang hanya bersifat sementara ini merupakan kebenaran yang diciptakan oleh manusia dan hal itu bisa saja berubah secara terus menerus. Sebagai contoh dari kebenaran ini adalah keimanan kita. Memang benar, kita sebagai makhluk ciptaan allah wajib menjadi makhluk yang beriman, akan tetapi keimanan yang kita miliki terkadang berubah naik turun.1. Dengan memperbanyak membaca Al-Quran
2. Melaksanakan sholat dengan khusyuk
3. Berzikir
4. Beribadah dengan ikhlas
5. Meningkatkan amal ibadah
6. Berinteraksi dengan lingkungan yang positif
7. Dan selalu bersyukur untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
1.2 Keterbatasan Ilmu Pengetahuan
Ketika Allah mengajari manusia segala ilmu yang Dia sebarkan dalam jumlah yang sangat sedikit, seperti yang dijelaskan dalam ayat :وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلرُّوحِ ۖ قُلِ ٱلرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّى وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا (Q.S. Al-Israa, 17: 8)
Ilmu Allah merupakan ilmu yang bersifat open source, yang dapat digunakan oleh siapa saja yang memiliki semangat penelitian dan istiqomah yang tinggi. Keunggulan manusia dalam hal ini yang dibuktikan Nabi Adam dengan setan dan malaikat adalah pemahamannya terhadap segala sesuatu yang ada di alam. Manusia dikatakan sebagai raja di muka bumi. Sebagai bukti keunggulan tersebut dan keunggulan pelengkapnya, yakni berupa kesempurnaan ciptaan, hal ini dijelaskan dalam ayat:
(Q.S At-Tiin 95 : 04) لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Melalui berbagai pencarian dan penelusuran, manusia mencari jawaban atas rasa penasarannya terhadap segala hal. Penemuan manusia selalu bervariasi berdasarkan wilayah dan waktu. Allah juga mencatat keberhasilan dan prestasi manusia serta akibat yang dicapainya dalam kurun waktu yang berbeda beda. Namun para manusia harus menyadari batasan-batasan yang dapat dicapai dalam melakukan kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan. Meskipun manusia mempunyai kebebasan untuk bereksperimen, aturan-aturan tertentu tetap harus dipatuhi. Tantangan Allah terhadap sekelompok manusia dan jin terlihat jelas dalam surat Ar-Rahman, 55:33 yang berbunyi :
يَٰمَعْشَرَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ إِنِ ٱسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا۟ مِنْ أَقْطَارِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ فَٱنفُذُوا۟ ۚ لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَٰنٍ
Di antara benda-benda langit yang dikenal manusia, matahari merupakan salah satu bintang yang mempunyai cahaya tersendiri, sama seperti bintang-bintang lainnya yang tersebar di langit. Jika setiap matahari mempunyai planet-planet yang sama di gugusan Bima Sakti, berapakah luas kerajaan Allah? Wallahu a'lam bishshawab! Allah telah menciptakan segala sesuatunya dengan sangat bermanfaat, tidak sia-sia! .
1.3 Proses Berpikir Ilmiah
Proses berpikir ilmiah diawali oleh berbagai bentuk keraguan, skeptisisme, kejutan, rasa ingin tahu, dan mengikuti kegiatan mencari jawaban atas semua keingintahuan ini. Melalui penelitian, bereksperimen, orang yang menguji hipotesis mereka untuk sampai pada kesimpulan sebagai jawaban atas berbagai pertanyaan yang diajukan. Prinsipnya adalah aktivitas ilmiah selalu dimulai dengan keraguan. Keraguan dan empirisme dalam kegiatan ilmiah dianggap sebagai kegiatan tahap pertama. Ada yang bisa dibuktikan secara ilmiah, ada pula yang bisa dibuktikan dengan waktu tunggu untuk menguji nilai keyakinan masyarakat terhadap fakta tersebut benar yaitu haqqulyaqin.Dari hasil percobaan-percobaan yang telah dilakukan oleh manusia, tersusunlah pola-pola
berpikir yang dianggap sebagai bentuk pola berpikir ilmiah. Dalam bahasan keilmuan, kaidah ilmu ditegakkan oleh :
1. Orde (tatanan yang teratur )
2. Determinisme (sebab, pendahulu)
3. Parsimoni (kesederhanaan dalam penjelasan
dan mencakup lebih banyak fenomena)
4. Empirisme (menunjukkan kepercayaan pada
observasi dan eksperimen).
Menurut Rakhmat 1989, penemuan ilmiah, teori ilmiah, bisa ditelusuri dan dikaji ulang, diuji ulang, melalui jalan yang sama oleh ilmuwan yang berbeda.
1.4 Proses Berkeimanan
Berpikir dan bersikap ilmiah berbeda dengan prinsip keimanan. Iman harus didahului dengan keyakinan tertentu. Apa yang terjadi pada Nabi Musa mencari kepastian tentang sesuatu seperti dijelaskan dalam Al-Qur'an dapat dijadikan contoh proses pencarian Tuhan secara praktis. Padahal, ada beberapa unsur keimanan yang tidak memerlukan bukti empiris. Seseorang yang mengimani keberadaan Allah, tidak perlu mencari bukti keberadaan Allah SWT. Ketidakmampuan membuktikan keberadaan Tuhan secara fisik tidak berarti hal itu mungkin terjadi.
Penjelasan tersebut dapat membawa manusia pada taraf ainulyaqiin. Bahkan untuk sekelompok orang terpilih, penjelasan ini sudah cukup untuk mengantarkan mereka menuju tingkat haqqulyaqiin. Tentu saja, situasinya demikian erat kaitannya dengan nilai-nilai keimanan yang dianut oleh kelompok masyarakat tersebut. Allah menyebutnya ulul-albaab. Ada jalan menuju kebenaran tentang haqqulyaqiin melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh seseorang. Padahal, informasi mengenai hasil penemuan sudah ada sejak lama dan bisa baca di Alquran. Namun karena sifat jahat orang biasa, mereka sering melakukannya mengagungkan akal, nafsu, rasa keimanan baru yang muncul setelah menghadapinya bukti eksperimental fisik
Referensi
http://banikanurailinah.blogspot.com/2017/10/kebenaran-mutlak-dan-kebenaran-relatif.html
https://an-nur.ac.id/cara-mempertebal-keimanan-dalam-islam/
Komentar
Posting Komentar