BAB 6 - MANUSIA MAKHLUK BELAJAR

Hari, tanggal: Rabu, 01 November 2023
Resume oleh: Elida Safitri


"BAB 6- MANUSIA MAKHLUK BELAJAR"

Pada materi bab 6 ini terdiri atas beberapa bahasan, yaitu :
1. Manusia Makhluk Belajar
2. Konsep Pendidikan yang Islami
3. Kewajiban Belajar bagi Muslim dan Muslimah
4. Kewajiban Belajar Sepanjang Hayat
5. Konsep Hidayah

6.1 Manusia Makhluk Belajar
Semua yang dimiliki oleh manusia seperti pengetahuan, keterampilan, sikap, maupun bentuk-bentuk keinginan yang menyertai keberadaan manusia adalah hasil belajar
tentang diri dan dari lingkungannya. Manusia bisa berubah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bahkan sampai larut dengan lingkungannya. Seperti yang dijelaskan dalam hadist Nabi : “Semua yang lahir berada dalam kondisi fitrah, orangtuanyalah yang meyahudikan, menasranikan, ataupun memajusikannya”

Posisi manusia sebagai mahluk Allah swt yang diberi kesempatan khusus untuk menentukan perubahan dirinya, dilengkapi dengan banyak kemampuan, di antaranya fleksibilitas adaptasi terhadap lingkungan, yang sekaligus menjadi kelebihan serta kekurangannya.

Mahluk lain selain manusia, berada pada pola kehidupan yang tetap, tertib, mengikuti pola sunnatullah murni yang tetap, tidak berubah sejak awal penciptaanNya. Bahkan Allah swt tidak menganugerahkan kemampuan mengubah kondisi dirinya kepada makhluk lain, melainkan hanya kepada manusia saja.

Sebagai bekal yang disiapkan untuk menjalani peran sebagai mahluk belajar, Allah swt telah melengkapi kemampuan manusia untuk bisa memahami dan mengelola memori tentang nama-nama yang terkait dengan seluruh benda yang ada di lingkungannya.

Kemampuan  menyimpan memori kosa kata itu, yang pada awal penciptaan manusia, adalah sebagai bukti bahwa Allah swt telah menyiapkan kelebihan bagi manusia, yaitu kelebihan kemampuan yang tidak dimiliki oleh masyarakat malaikat maupun iblis. Kelebihan kemampuan itu menjadi modal perilaku meniru dan meniru. Pembelajaran meniru, sebagai sunnatullah yang menjadi ciri manusia, bisa dimanfaatkan secara positif sebagai modal kekayaan potensi
pengembangan diri bagi manusia.

6.2 Konsep Pendidikan yang Islami
Ada tiga hal yang dijanjikan oleh Allah bagi manusia, ketika manusia telah sampai kepada akhir masa persinggahannya di Dunia. Seperti yang dijelaskan dalam hadist Nabi yaitu : “Ketika telah sampai ajal kepada semua manusia, terputuslah semua ikatan amal dunia, kecuali tiga hal: shadaqah jariyah; ilmu yang bermanfaat; atau
anak shalih yang mendo’akan kedua orang tuanya”.

Untuk menjadi anak shalih, untuk membina anak supaya menjadi shalih, ternyata perlu ilmu, perlu pengetahuan yang luas tentangnya. Tentu, ilmu yang luas akan bisa didapat melalui kegiatan mencari ilmu, melalui kegiatan belajar.

Dalam konsep kehidupan Islam ada empat kriteria yang bisa dipilih sebagai awal penentuan calon pendamping: indikator harta, keturunan, kecantikan, dan keislaman menjadi yang diutamakan oleh Nabi Muhammad saw.

Dinul Islam dalam berbagai konsepnya telah menetapkan bahwa masa kecil adalah masa subur sebagai masa belajar bagi manusia. Banyak temuan masa kini, ketika seorang ibu sedang mengandung, ada ibu yang terus menerus mengkondisikan bacaan Al-Quran yang tanpa putus (pembacaan langsung bergiliran antara bapak dan ibu dan bacaan dari pemutar file audio MP3) sebagai lingkungan bagi janin. Hasilnya, tanpa perlu diajari secara khusus, anak yang dilahirkan kemudian telah bisa secara mudah belajar
menghafal Al-Quran. 
Ada juga ibu yang melahirkan anak dengan kondisi  disabilitas tertentu, dengan cara pengkondisian yang sama, bisa melahirkan anak yang hafiz Quran secara lancar.

Dikenal secara psikologis, apa yang dilakukan oleh orang tua ketika sedang mengandung anaknya, akan sangat berpengaruh kepada kondisi janin. Secara fisik, keadaan itu sangat tampak. Apapun yang secara fisik terjadi kepada ibu, akan
berpengaruh langsung kepada janin. Jika ibu sehat, cukup vitamin, psokan makanan untuk janin tidak akan kurang. Hal itu sangat difahami secara umum oleh masyarakat masa kini yang berpendidikan. Tetapi, lebih jauh daripada kondisi fisik itu, ternyata kondisi psikis ibu (terutama) sangat berpengaruh psikis kepada janin. Bahkan, dalam
lingkungan masyarakat tradisional banyak dikenal masalah ‘pamali, pantang’ yang terkait dengan kondisi ibu yang sedang mengandung.

Calon bapak, ternyata, bisa memberi pengaruh (tidak) langsung kepada janin. Melalui berbagai perbuatannya, calon bapak sangat bisa memberi sumbangan pengaruh tertentu, baik fisik maupun psikis kepada calon anaknya.

Ada kalimat hikmah yang menarik sebagai bahan renungan: “Atta’allum fi-ashshighar ka-annaqshi ala-alhajar” (pembelajaran pada masa kecil seperti memahat di atas permukaan batu). Sejak kecil anak-anak dikondisikan belajar melakukan hal-hal yang baik, yang sejalan dengan nilai-nilai syari’at. Anak-anak mulai diajari melafalkan doa-doa, melakukan amal baik sebagai kebiasaan, bahkan berlatih menjalankan bentuk-bentuk ibadat ritual,
agar menjadi ‘baju’ yang menempel di dalam keseharian anak-anak. Seorang anak diajari melaksanakan shalat, belajar melaksanakan
shaum, berbagi kepada sesama, merasakan kesulitan orang lain, menyikapi keberhasilan orang lain, jujur dalam menilai sesuatu, bisa menahan diri, dan semua perbuatan baik yang sangat mendasar. Semua kegiatan pembiasaan disampaikan secara benar, lengkap, dan menghindari ajaran yang keliru.

Pembelajaran Al-Quran di TPA dan TKA, diperkirakan bisa membawa dampak baik terhadap kecintaan awal kepada Al-Quran. Sesuatu yang pada awalnya dianggap hal
yang tidak mungkin dilakukan untuk anak-anak usia dini dalam mempelajari cara baca Al-Quran yang baik dan benar (fasih), telah terlampaui. Begitu banyak anak yang telah mampu membaca Al-Quran secara fasih segera setelah mereka mempelajari metode membaca Al-Quran seperti Iqra, Qiraati, Al-Baghdadi, Al-Barqi, Insani, Tartila, dan banyak lagi

6.3 Kewajiban Belajar bagi Muslimin dan Muslimat
Rasulullah saw bersabda : “Thalabul-ilmi fariidhatun alaa kulli muslimin wa muslimatin: Mencari ilmu itu merupakan suatu kewajiban (fariidhah) bagi muslimin dan muslimat”.

Mencari ilmu itu adalah perbuatan wajib, fariidhah. Karena dalam hadits Nabi saw tadi,
tidak ada pembatas, siapa yang terkena kewajiban mencari ilmu itu, laki-laki atau perempuan yang mengaku Islam sebagai tuntunan hidup. Maka, mencari ilmu menjadi wajib aini, wajib untuk setiap individu. Tak berlebihan, Allah banyak mengingatkan tentang pentingnya pengembangan ilmu pengetahuan, dikembangkan melalui proses pencarian ilmu, proses pembelajaran, proses penelitian. Kegiatan tersebut, pada dasarnya, tidak disekat oleh ruang dan waktu formal. Di mana, kapan, dalam kondisi apa, siapa yang terlibat
dalam kegiatan pencarian ilmu, berarti telah menjalankan salah satu kewajiban hidup yang utama.

Ilmu Allah swt itu sangat beragam. Ilmu Allah swt itu open source. Semua bahan ilmu telah Allah swt siapkan sebagaimana Allah swt menebar bibit tanaman yang beterbangan dibawa angin. Siapa yang mau menangkap bibit-bibit ilmu itu, Allah swt tidak membatasi. Siapapun pengolah ilmu yang rajin, tekun, “istiqamah” dalam pengembangan keilmuan, Allah swt berikan kepada mereka ilmuNya. Ilmu tentang shalat sebagai contoh, tentu, harus dikuasai oleh muslim dan muslimat.

Shalat yang bagaimana kalau dilakukan tanpa penguasaan ilmunya. Mengenai kedalaman penguasaan ilmu tentang shalat tersebut, masing-masing orang akan terkait dengan kemampuannya. Allah, “tidak menuntut seseorang di luar kemampuannya”. Namun, kemampuan itu harus ditingkatkan sejalan dengan dasar kewajiban aini yang telah digariskan Allah dalam kewajiban menuntut ilmu.

6.4 Kewajiban Belajar Sepanjang Hayat
Kewajiban mencari ilmu tidak mengenal pembatasan waktu. Selama manusia muslim
dan muslimat masih (dinyatakan) hidup, kewajiban aini mencari ilmu itu masih tetap
menempel. Mencari ilmu, pasti, tidak harus ditafsirkan dalam kondisi pencarian di lingkungan formal : sekolah, pesantren, ma’had, dan sejenisnya. Oleh karena itu, Nabi Muhammad
saw, empat belas abad yang lalu, telah mencanangkan proses belajar sepanjang hidup.
Perhatikan hadits Nabi saw: “Uthlubul-ilma min al-mahdi ila al-lahdi: Kondisikan kegiatan pencarian ilmu itu sejak masa buaian hingga menjelang masuk liang lahat”.

Pendidikan sepanjang hayat adalah konsep belajar tanpa terminal. Mungkin dalam proses pembelajarannya ada shelter yang menjadi tempat pemberhentian sesaat. Shelter-shelter itu bukan tujuan. Terminal yang menyebabkan kegiatan pembelajaran terhenti bukan sifat program belajar sepanjang hayat. Belajar sepanjang hayat ada dalam konteks belajar dari segala kondisi dan lingkungan. Kewajiban belajar sejak masa kandungan kemudian merentang tanpa terminal hingga seseorang menjelang masuk liang lahat, berarti proses belajar tidak dibatasi sekadar ruang formal. Segala ruang dan lingkungan bisa digunakan untuk melaksanakan pembelajaran, termasuk pembelajaran mandiri, pengembangan masing-masing talenta individu.

6.5 Konsep Hidayah
Dalam Dinul Islam pengertian hidayah adalah petunjuk yang datang dari Allah. Seperti telah diuraikan, hidayah adalah nikmat yang dianugerahkan oleh Allah hanya kepada manusia tertentu. Tidak semua manusia bisa mendapatkan hidayah.

Hidayah yang sesungguhnya telah ada dalam bentuk nyata, berupa kitab suci yang disebut Al-Quran. Pada masa sebelum Al-Quran terkumpul lengkap secara mushaf, hidayah masih harus ditunggu sesuai dengan kondisi keperluan lingkungan Rasulullah. Setelah Al-Quran menjadi kitab yang lengkap seperti sekarang, tidak ada istilah menunggu hidayah. Hidayah telah tersedia. Siapapun bisa mengakses hidayah itu secara bebas.

Al-Quran masa kini, bisa ditemukan dalam berbagai bentuk tampilan. Ada Al-Quran berupa buku bendelan yang biasa, dengan berbagai ukuran. Ada Al-Quran dengan bentuk cakera padat (CD) yang telah dilengkapi program interaktif untuk memudahkan pengaksesannya. Ada versi murattal. Ada juga versi tafsir. Tidak mungkin manusia zaman kini ada yang tidak pernah tersentuh sama sekali oleh hidayah Allah. Al-Quran juga bisa dibacakan kemudian disiarkan secara mudah ke seluruh pelosok negeri melalui saluran radio maupun televisi, dan kini saluran internet. Bagi para pengguna komputer, begitu banyak versi Al-Quran yang telah dikemas untuk dibaca, dipelajari, atau bahkan yang menjadi add-in (program tempelan) yang akan memudahkan
pengelolaannya beserta program lain yang telah ada. Salah satu contoh adalah add-in untuk program Microsoft Office (khusus untuk pengolah kata Microsoft Word), yaitu program Quran in Word Ver 1.3,

Tentang tampilan Al-Quran yang berbeda-beda bentuknya, Allah telah menjamin bahwa Allah memelihara Al-Quran sepanjang masa. Oleh karena itu, kondisi Al-Quran setelah diolah tampilannya oleh manusia, tetap disertai tulisan aslinya, tulisan berbahasa Arab. Tidak ada satu kitab pun yang diterjemahkan ke dalam aneka bahasa dengan tetap menyertakan teks aslinya, kecuali Al-Quran. Ketelitian dan kesungguhan
para pencatat Al-Quran bisa diperiksa dan diteliti karena melembaga secara jelas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAB 4 - MANUSIA MAKHLUK OTONOM

BAB 3 - MANUSIA MAKHLUK IBADAT